a. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
b. Kejelasan
pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
c. Tehnik
Komunikasi yang efektif
1. Yakinkan
apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Hal yang
berkaitan dengan kejelasan pesan yang ingin disampaikan.
2. Gunakan
bahasa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan. Seringkali perawat menemui
pesan yang tidak dapat berbahasa Indonesia, sedangkan perawat itu sendiri tidak
dapat berbahasa seperti pasien. Dalam kondisi seperti ini, orang ketiga
diperlukan untuk menjembatani proses komunikasi tersebut.
3. Gunakan
media komunikasi yang tepat dan adekuat. Media tertentu tepat digunakan untuk
komunikasi tertentu. Perawat yang sedang memberi penyuluhan pada satu orang
pasien tidak perlu menggunakan flip chart, tetapi cukup dengan brosur atau
leaflet. Sebaliknya dalam satu kegiatan penyuluhan pada 25 orang tidak cukup
hanya dengan brosur saja, tetapi diperlukan media yang tepat seperti flip chart
atau film.
4. Ciptakan
iklim komunikasi yang baik dan tepat. Untuk berlangsungnya proses komunikasi
yang efektif diperlukan suasana tenang dan tidak bising. Akan lebih baik lagi
apabila disertai dengan udara yang nyaman dan tidak terlalu panas.
5. Dengarkan
dengan penuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan karena apa
yang diutarakan komunikan adalah umpan balik terhadap pesan yang diberikan
komunikator.
6. Hindarkan
komunikasi yang tidak disengaja. Setiap proses komunikasi yang dijalankan
hendaknya mempunyai tujuan yang jelas dan dilakukan dengan berencana.
7. Ingat
bahwa komunikasi adalah proses dua arah, yaitu harus terjadi umpan balik antara
komunikator dan komunikan.
8. Yakinkan
bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan.
Dengan kata lain ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal.
Hindari mengatakan saya turut berbahagia tetapi dengan ekspresi wajah yang
datar dan tidak menunjukkan rasa bahagia.
B. Tinjauan
Umum tentang Komunikasi Terapeutik.
C.Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian
lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh
perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :
a.
Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan terhadap diri.
b.
Rasa identitas personal yang jelas dan
peningkatan integritas diri.
c.
Kemampuan untuk membina hubungan
interpersonal yang intim dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai
dan dicintai.
d.
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a.
Membantu klien untuk memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b.
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal
mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c.
Mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila
perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 1998) :
a.
Kesadaran diri.
b.
Klarifikasi nilai.
c.
Eksplorasi perasaan.
d.
Kemampuan untuk menjadi model peran.
e.
Motivasi altruistik.
Rasa tanggung jawab dan
etik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar